| Guru yang tidak layak akan dialihkan ( Dikmen Ditjen PMPTK) |
|
|
|
| info / Pengumuman / Wednesday, 10 November 2010 13:53 |
|
Mulai tahun depan, bersiap-siaplah para calon guru dan guru pemula, baik itu yang PNS atau pun swasta, termasuk guru honorer untuk menghadapi filter program induksi yang telah dipersiapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kemendiknas. Dipaparkan Kasubdit Dikmen Ditjen PMPTK, Dra Maria Widiani MA, bahwa Program induksi akan menilai kinerja guru baru, apakah layak atau tidak untuk menjadi guru profesional. Menurut Widiana, terdapat empat parameter dalam program induksi yang diterapkan kepada guru-guru baru, yakni persiapan seorang guru dalam mengajar, pelaksanaan saat guru memberikan pelajarannya di dalam kelas, interaksi kepada muridnya, kemampuan mentransfer ilmu seorang guru kepada muridnya, dan terakhir bagaimana dia menilai prestasi siswa itu. Yang menilai ada sebuah tim, terdiri dari kepala sekolah bersangkutan, pengawas dan satu orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kota, serta satu orang lagi dari LPMPM (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) di tiap provinsi, ungkap Widiani. Sementara itu, Abi Sujak, Kepala Sub Direktorat Program Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kemendiknas mengilustrasikan bahwa malapraktik ternyata tak hanya terjadi di dunia kedokteran. Di dunia pendidikan, kasus malapraktik pun banyak ditemukan terutama pada kelas pemula di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), yakni kelas 1, 2 dan 3. " Siswa malas belajar, menjadi pasif, dan takut terhadap jenis mata pelajaran tertentu, serta prestasi siswa tidak optimal, ini bisa jadi indikasi malapraktik. Padahal, saat di TK siswa-siswa itu kreatif," ujar, Abi Sujak. Menurut Abi, indikasi demikian banyak ditemukan pada anak didik. Namun tidak banyak guru yang menyadari bahwa apa yang terjadi pada siswa tersebut sebenarnya merupakan bentuk malapraktik pendidikan. Malapraktik ini, lanjut dia, terjadi akibat beberapa hal. "Di antaranya guru kurang memahami latar belakang dan bakat siswa serta perbedaan budaya antara guru dengan lingkungan sekolah," jelasnya. Untuk menyelamatkan siswa dari malapraktik ini, Kemendiknas bakal menerapkan program induksi bagi guru pemula. Program induksi adalah semacam orientasi bagi guru pemula untuk mengenal dan memahami tugas-tugasnya sebagai pendidik, dengan mengedepankan pengenalan lingkungan dan siswa yang akan dihadapi. Program yang telah diuji cobakan di beberapa daerah dan akan segera diterapkan tersebut bakal melibatkan pengawas sekolah, kepala sekolah maupun guru senior untuk menjadi mentor saat guru pemula melakukan tugas pengajaran di kelas. "Jika dalam evaluasi ternyata guru yang bersangkutan tidak layak mengajar, maka ia tidak bisa dipaksakan menjadi guru. Ia bisa saja dialihkan ke tugas lain seperti administrasi atau petugas perpustakaan," cetusnya. Program induksi ini, diakui Abi, untuk sementara hanya diberlakukan pada guru-guru pemula. Pertimbangannya, selain keterbatasan dana, umumnya guru pemula belum banyak mengenal lapangan. Sebelum diluncurkan, program induksi ini telah diuji cobakan pada enam kabupaten percontohan yakni Sumedang, Bantul, Pasuruan, Padang, Banjarbaru, dan Minahasa Utara. Sementara itu, dari data Kemendiknas untuk tiga tahun ke depan bakal ada ribuan guru pemula. Menurut Edy Rahmat Widodo, dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Universitas Negeri Jakarta (UNJ), pada 2012 nanti terdapat 222 ribu guru yang pensiun, lalu 10 tahun ke depan 470 ribu guru pensiun, dan 15 tahun ke depan 890 ribu guru pensiun. Edy mengingatkan, 15 tahun ke depan–jika 890 ribu guru pensiun–akan ada sekitar 26,7 juta murid yang akan diajar guru-guru baru. "Terhadap guru-guru pemula inilah kami akan setting program induksi," tandasnya. @ Hen-Sketsa Pendidikan |
| Last Updated on Friday, 19 November 2010 14:12 |